Minggu, 13 April 2014

Tentang Saya






Jangan banyak kritik dan memfitnah, bekerjalah
Hal ini adalah penting untuk dicamkan baik-baik,karena dalam berbagai kesempatan baik melalui komunikasi, surat kabar, radio, telivisi, website, facebook, dapat kita jumpai banyak orang berkomentar dan saling menanggapi baik secara lisan maupun tertulis terhadap suatu masalah, pernyataan,rencana dan keinginan dari orang atau badan tertentu baik pemerintah dan swasta. banyak orang juga hanya bisa mengkritik tetapi tidak bisa berbuat apa-apa,kerjakan apa yang bisa anda kerjakan. Apa artinya Anda jika berarti bagi diri sendiri. Arti hidup yang hakiki adalah berarti bagi orang lain. Hidup adalah perjuangan, perjuangan bukan hanya untuk diri sendiri tetapi  berarti bagi orang lain.

Lembah Baliem, lembah firdaus
Saya harus bicara, itulah kesimpulannya,setelah mencermati segala fitmah dan kritikan, saya John N R Gobai, saya Kelahiran Wamena 24 April 1977. Bapakku, C.M Gobai sejak tahun 1967 telah datang ke Wamena sebagai seorang pegawai negeri pada Seksi Perikanan, (kini Dinas Perikanan) Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Dibumi lembah fidaus ini, saya lahir dalam suasana gejolak 1977, dalam suasana orang baliem dan penduduk kota wamena, saat itu mendengarkan bunyian senjata dan bom, saya lahir dari rahim mamaku Maria Mote (Tante dari Drs.F.X.Mote,Karo Humas dan Protokol Setda Provinsi Papua),  mamaku sering bercerita akibat perang itu banyak korban diantar ke rumah sakit wamena, bahkan ada yang mengakhiri hidupnya di rumah sakit saat-saat itu, namun ada juga yang telah meninggal dikampung-kampung di daerah lembah baliem, jika teringat kembali suasana itu pasti kita bisa membayangkan betapa gentingnya suasana itu, kondisi itu kini sedang dirasakan oleh anak-anak yang lahir di Negara-negara yang saat ini sedang berperang. Suasana saat itu membuat banyak orang telah berlari bersembunyi di gua-gua. masuk hutan berkeliaran disana lalu kembali ke kampung dan juga ada yang akhirnya bergabung dengan TPN/OPM.
Di Wamena saya tumbuh dan hidup di rumah orang tua kandungku dan rumah orang tuaku juga Kel. Bp. M.Takimai (Alm) dan Mama, P. Mote karena bapakku sangat akrab dengan beliau dan mereka mempunyai hubungan persaudaraan sejati, yang akhirnya kami menjadi keluarga yang sangat dekat hingga kini. Saya tumbuh bersama kedua saudara perempuanku dari Bp.Takimai yaitu Eka Takimai dan Herita Takimai (istri Frans Pigome, Karyawan PTFI), kedua mamaku mempunyai banyak kebun yang dikerjakan bersama dengan Mama, Yakomina Kayame (Saudara perempuan Drs.Ayub Kayame), kami mendapatkan lahan tanah dari beberapa Kepala Suku di wamena yaitu Inyale Kosay, Kilisalok Kosay, Ekiak dan Nele dengan itu kami hidup dengan ubi dan keladi yang ukurannya besar-besar serta udang dan ikan yang besar-besar dari sungai baliem. Karena itu sungguh wamena tidak akan pernah hilang dalam ingatanku serta hidupku,untuk itu tidak kata yang tepat nya terima kasih Baliem dan orang baliem dilembah ini saya belajar kehidupan, ditempat ini kami belajar arti kebersamaan, ditempat ini saya belajar arti sebuah persahabatan, ditempat ini saya belajar tentang memahami kebutuhan orang lain, orang baliem yang saya kenal tidak pernah membenci orang, dapat menyimpan rahasia, mengerjakan sesuatu bersama-sama dan memanfaatkan hasil bersama-sama.
Dilembah ini kami hidup dengan berbagai etnis, baik Suku Lani, Biak, Serui dan lain-lain, daerah ini dahulu dibangun oleh gereja datangnya gereja membawa guru dan tukang dari Paniai, Serui, biak sehingga semua orang tua kami ini ikut membangun kota wamena,, kehidupan orang tua saling membaur, kami hidup tidak ada perbedaan, baik orang balim maupun non baliem, sehingga yang terbentuk adalah kebersamaan dan kekompakan. Kondisi ini membuat saya tumbuh dengan lingkungan yang multikultur di lembah firdaus baliem.

1 komentar: